Bus kota maupun mobil angkutan kota (angkot) yang selama ini bebas beroperasi di jalan-jalan utama dalam Kota Palembang tak lama lagi akan segera di geser ke daerah pinggiran.
Ini menyusul rencana Pemerintah Kota Palembang menerapkan semi-busway atau Trans Musi tahun 2009 mendatang sebagai angkutan umum dalam kota.
“Dinas Perhubungan sendiri tidak akan memperpanjang trayek bus kota yang habis masanya. Nanti, dalam kota semua semi-busway. Ini kebijakan pemerintah kota menuju kota internasional,” kata Kasubdin LLAJ Dinas Perhubungan Palembang, Edi Nursalam. pertengahan bulan lalu.
Edi menerangkan, mobil angkot seperti jurusan Km 5 – Ampera, Plaju - Ampera, Kertapati -Ampera akan digusur ke daerah pedalaman, Sukabangun II, Abusman dan daerah lain yang belum terjamah transportasi umum.
“Lagian, kita menilai keberadaan angkot sebenarnya berdempetan dengan bus kota. Artinya, rute yang mereka ambil, sama dengan bus kota, tumpang tindih,” ujar Edi.
Sementara mengenai Trans Musi, Edi mengatakan, pada tahap I pihaknya sudah menyiapkan 11 rute dengan prioritas awal 3 rute di awal 2009. Yaitu rute Jakabaring - Alang-alang Lebar (AAL), Bandara SMB II – Palembang Indah Mall (PIM), serta Sako - Kambang Iwak .
“Tiga rute ini kita pilih karena akan menghidupkan beberapa ruas jalan yang belum tersentuh angkutan umum, seperti jalur SMB II dan PIM. Juga Sako akan melewati jalur Celentang,” terangnya.
Selanjutnya pada tahap II akan dikembangkan 8 rute lainnya, terdiri dari Plaju – Karya Jaya, Pusri - Ampera, Sako - Dempo, AAL - Talang Keranggo, Pusri - Siguntang, Karya Jaya - AAL, SMB II - Kambang Iwak, dan Bukit Besar - Ampera.
Edi menjelaskan, pada tahap I dengan 3 rute pemerintah membutuhkan 94 halte dengan 20 halte akan dijadikan sebagai halte bersama. Nantinya setiap bus way bisa berhenti di tempat tersebut.
“Misalkan, bus dari Sako atau SMB II dapat bertemu di halte Jalan Sudirman. Nah, penumpang dapat turun dan naik ke bus lain, tanpa harus membayar karcis tambahan,” jelas Edi.
Ditambahkannya, pada tiap halte akan dibangun tempat pembelian tiket yang dijaga dua petugas dibantu satu petugas keamanan. Warga dapat membeli tiket dengan sistem bulanan atau hanya sekali jalan.
“Rencananya, pembelian akan menggunakan sistem smart card,” ungkap Edi.
Busway yang digagas pemerintah sebagai solusi mengatasi kemacetan, efisiensi pemakaian bahan bakar sekaligus sebagai angkutan ramah lingkungan ini juga akan dilengkapi dengan penggunaan teknologi canggih melalui sistem frekuensi. Dengan pola ini jarak masuknya satu bus ke bus lain di satu halte dapat dideteksi.
“Untuk rute pertama, Jakabaring – AAL diperkirakan, frekuensi atau headway mencapay 17,84 menit. Rute kedua, SMB II - PIM menapai 14,34 menit dan rute ketiga, Sako - Kambang Iwak mencapai 12,96 menit. Artinya, penumpang harus menunggu pada waktu tersebut, baru mendapat bus jika menunggu di satu halte. Berhentinya bus juga hanya dua menit,” jelas Edi. (yat)
“Dinas Perhubungan sendiri tidak akan memperpanjang trayek bus kota yang habis masanya. Nanti, dalam kota semua semi-busway. Ini kebijakan pemerintah kota menuju kota internasional,” kata Kasubdin LLAJ Dinas Perhubungan Palembang, Edi Nursalam. pertengahan bulan lalu.
Edi menerangkan, mobil angkot seperti jurusan Km 5 – Ampera, Plaju - Ampera, Kertapati -Ampera akan digusur ke daerah pedalaman, Sukabangun II, Abusman dan daerah lain yang belum terjamah transportasi umum.
“Lagian, kita menilai keberadaan angkot sebenarnya berdempetan dengan bus kota. Artinya, rute yang mereka ambil, sama dengan bus kota, tumpang tindih,” ujar Edi.
Sementara mengenai Trans Musi, Edi mengatakan, pada tahap I pihaknya sudah menyiapkan 11 rute dengan prioritas awal 3 rute di awal 2009. Yaitu rute Jakabaring - Alang-alang Lebar (AAL), Bandara SMB II – Palembang Indah Mall (PIM), serta Sako - Kambang Iwak .
“Tiga rute ini kita pilih karena akan menghidupkan beberapa ruas jalan yang belum tersentuh angkutan umum, seperti jalur SMB II dan PIM. Juga Sako akan melewati jalur Celentang,” terangnya.
Selanjutnya pada tahap II akan dikembangkan 8 rute lainnya, terdiri dari Plaju – Karya Jaya, Pusri - Ampera, Sako - Dempo, AAL - Talang Keranggo, Pusri - Siguntang, Karya Jaya - AAL, SMB II - Kambang Iwak, dan Bukit Besar - Ampera.
Edi menjelaskan, pada tahap I dengan 3 rute pemerintah membutuhkan 94 halte dengan 20 halte akan dijadikan sebagai halte bersama. Nantinya setiap bus way bisa berhenti di tempat tersebut.
“Misalkan, bus dari Sako atau SMB II dapat bertemu di halte Jalan Sudirman. Nah, penumpang dapat turun dan naik ke bus lain, tanpa harus membayar karcis tambahan,” jelas Edi.
Ditambahkannya, pada tiap halte akan dibangun tempat pembelian tiket yang dijaga dua petugas dibantu satu petugas keamanan. Warga dapat membeli tiket dengan sistem bulanan atau hanya sekali jalan.
“Rencananya, pembelian akan menggunakan sistem smart card,” ungkap Edi.
Busway yang digagas pemerintah sebagai solusi mengatasi kemacetan, efisiensi pemakaian bahan bakar sekaligus sebagai angkutan ramah lingkungan ini juga akan dilengkapi dengan penggunaan teknologi canggih melalui sistem frekuensi. Dengan pola ini jarak masuknya satu bus ke bus lain di satu halte dapat dideteksi.
“Untuk rute pertama, Jakabaring – AAL diperkirakan, frekuensi atau headway mencapay 17,84 menit. Rute kedua, SMB II - PIM menapai 14,34 menit dan rute ketiga, Sako - Kambang Iwak mencapai 12,96 menit. Artinya, penumpang harus menunggu pada waktu tersebut, baru mendapat bus jika menunggu di satu halte. Berhentinya bus juga hanya dua menit,” jelas Edi. (yat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar