thanks for visiting my site

Rabu, Oktober 08, 2008

Melirik Potensi Wisata di Kota Palembang

Palembang di waktu malam ...........Di kala terang bulan..............
Bersinar di atas Sungai Musi............ Teriring nyanyi Sang Dewi

Lantunan bait nyanyian diatas seolah-olah ingin menggambarkan betapa ”romantisnya” Kota Palembang.
Perhatikanlah bagaimana seorang ”dewi” yang begitu menikmati suasana dikala temaram datang menyapa.

Cobalah Anda berjalan di malam hari. Dimana-mana yang tampak adalah sinar yang terang benderang, jalanan kota yang bersih, rumah dan gedung yang tertata rapi, serta rasa aman yang terkendali.

Ya, begitulah kondisi Kota Palembang saat ini. Geliatnya terus mematri. Kesan jorok, kumuh dan semerawut, serta rawan kriminalitas yang dulu menjadi ”trademark” warga Palembang, sekarang mulai berangsur-angsur tersisih. Seiring dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat dan gigihnya upaya pemerintah memacu diri.

Kota Palembang boleh dikatakan memiliki kekhasan tersendiri. Seperti pernah dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat mencanangkan kota tertua di Indonesia ini sebagai Kota Wisata Air, 2 tahun silam.

”Palembang adalah salah satu kota sungai, seperti halnya Bangkok (Thailand) dan Phnom Phen (Kamboja). Alangkah baiknya jika tradisi masyarakat Palembang yang terkait Sungai Musi dan anak sungainya digali kembali untuk kepentingan atraksi pariwisata," kata SBY

Di Bangkok dan Phom Phen, tutur SBY, setiap tahun banyak wisatawan yang berkunjung dan menyaksikan atraksi di sungai yang membelah kota. Atraksi tersebut dihubungkan dengan legenda dan mitos yang hidup di masyarakat setempat.

Di Palembang, banyak sekali objek wisata yang menarik dan indah. Sebut saja misalnya Sungai Musi. Sungai yang membelah Provinsi Sumatra Selatan sepanjang 750 km ini disebut sebagai sungai terpanjang di Pulau Andalas.

Sungai Musi sarat nuansa sejarah. Ia merupakan urat nadi perekonomian, sekaligus saksi hidup kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 hingga 12 Masehi. Dengan kekuatan armada lautnya yang tangguh, Sriwijaya menguasai jalur pelayaran dan perdagangan antara Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia, menebarkan pengaruhnya ke Cina, hingga Madagaskar di Afrika.

Invasi itu tak pelak mengakibatkan pertemuan dan peleburan budaya antar bangsa. Kenyataan ini semakin mengental saat pengaruh Islam terutama di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam pada awal abad 15 masuk.

Sekelumit gambaran diatas hanyalah kepingan kecil dari beragamnya objek wisata di kota pempek ini. Suatu hal yang wajar bila Pemerintah Kota Palembang melalui Walikota-nya Eddy Santana Putra begitu fokus memberikan perhatian terhadap keberadaan Sungai Musi yang bermuara hingga ke Selat bangka ini.

Selain tetap mempertahankan fungsi utamanya sebagai arus lalu lintas pelayaran, transportasi pengangkutan barang dan orang, seiring dengan pencanangan Program Visit Musi 2008, Pemerintah Kota Palembang telah menjadikan Sungai Musi sebagai salah satu objek wisata unggulan.

Keberadaan Sungai Musi sebagai objek wisata unggulan ditunjang dengan adanya Jembatan Amanat Perjuangan Rakyat (Ampera) yang begitu di kenal khalayak. Jembatan yang merupakan warisan dari pemerintahan Presiden RI pertama Soekarno dan telah berdiri 45 tahun silam merupakan salah peninggalan bersejarah yang perlu dilestarikan.

Kondisi yang strategis ini turut diperkuat dengan adanya peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya. Seperti Benteng Kuto Besak, Tugu Perjuangan Rakyat, Museum, serta Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).

Monpera ini terdiri dari bangunan lima lantai dan telah dibenahi beberapa waktu lalu. Bila Anda masuk kedalamnya, akan diperoleh keterangan sejarah perjuangan rakyat Palembang, patung dan foto-foto pahlawan Palembang, sisa-sisa peninggalan senjata perjuangan rakyat Palembang, serta sebuah perpustakaan.

Selain objek wisata diatas, keberadaan Mesjid Agung Palembang yang terletak di jantung kota juga merupakan salah satu daya tarik tersendiri. Setiap hari masjid ini selalu ramai dengan aktivitas keagamaan jemaahnya. Masjid ini didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I atau Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo sejak tahun 1738 hingga 1748.

Saat pertama dibangun, ukuran bangunan mesjid ”hanya” seluas 1080 meter persegi dengan daya tampung 1200 jemaah. Perluasan pertama dilakukan dengan wakaf Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab yang dilaksanakan pada tahun 1897 dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.

Tahun 1930 masjid ini kembali diperluas. Tahun 1952 dilakukan lagi perluasan oleh Yayasan Mesjid Agung yang pada tahun 1966-1969 membangun tambahan lantai kedua sehingga luas mesjid sampai sekarang 5520 meter persegi dengan daya tampung 7.750 jemaah.

Keindahan Masjid Agung ini semakin kentara dengan adanya dipercantiknya kolam air mancur yang berdiri gagah ”mengepung” Kota Palembang. Apalagi bila malam hari. Saat pertamakali dibuka untuk umum, masyarakat luas berduyun-duyun mengabadikannya.

Daya tarik obyek wisata Sungai Musi semakin bertambah. Karena sejak 2003 lalu, kapal-kapal perawat rambu-rambu di Sungai Musi telah dimodifikasi oleh Dinas Perhubungan menjadi kapal wisata. Guna merespon minat masyarakat. Pemkot Palembang pun saat ini telah menyiapkan satu kapal wisata Putri Kembang Dadar seharga Rp 6,5 miliar dan kapal wisata Sigentar Alam yang bersumber dari dana APBD selama dua tahun berturut-turut.

Kapal Wisata Putri Kembang Dadar memiliki dua lambung/lunas kembar. Didesain sebagai kapal pesiar dan dibangun selama 6 bulan oleh galangan kapal PT Carita Boat Indonesia, di Bojonegara, Banten. Kapal ini memiliki kecepatan antara 6 hingga 8 knot kapal bermesin ganda 2x400 PK dan terdiri 13 orang awak kapal.

Setiap tahunnya, antusias masyarakat menggunakan kapal pesiar itu terus meningkat. Terlebih saat masa libur sekolah pada bulan Juli-Agustus, kapal pesiar telah kebanjiran pesanan untuk hari Sabtu dan Minggu, siang maupun malam harinya.

Tarif sewa untuk anak sekolah tidak terlalu mahal. Sekitar Rp 1 juta untuk satu kali perjalanan selama lima jam menyisiri perairan Sungai Musi. Sementara, untuk umum, biaya sewa sekitar Rp 3 juta. Dengan daya tampung lebih kurang 200 orang, serta dilengkapi dengan sebuah panggung hiburan, organ tunggal plus penyanyinya, jadilah keindahan Kota Palembang benar-benar dapat dinikmati. Terlebih lagi bila senja mulai beranjak ke peraduannya. Nuansa ”romantis-nya” kian terasa begitu menyaksikan kilatan lampu-lampu penerang jalan yang berasal Jembatan Ampera, lampu kapal-kapal serta lampu suar milik PT Pusri dan Pertamina.

Sementara, pada siang harinya, pengunjung kapal dapat singgah sembari menikmati ”objek-objek wisata” di sekitar sungai, seperti deretan rumah-rumah rakit yang berjajar rapi, kebun karet, sentra kerajinan songket, daerah Bagus Kuning, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Merogan, Benteng Kuto Besak termasuk restoran "Warung Legenda" yang terapung di pinggiran seberang Ulu, serta Pulau Kemaro yang menjadi pusat ritual komunitas keturunan saat perayaan imlek.

Pemerintah rencananya akan memfokuskan pengembangan wisata di Sungai Musi ini pada 7 aspek. Yakni meningkatkan kesediaan prasarana dan sarana publik, meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) bidang pariwisata sungai, mengembangkan sistem informasi, promosi yang lengkap dengan memanfaatkan teknologi modern, mengembangkan aktivitas ekonomi non-pariwisata yang memberikan keterkaitan dengan kegiatan wisata sungai, memberikan sistem keamanan bagi wisatawan, menciptakan peluang investasi bagi kalangan investor, serta mengembangkan model pengelolaan pariwisata sungai yang mampu menjaga kelestarian dan menjaga budaya masyarakat.

Kita berharap, dengan semakin apik dan tertatanya Kota Palembang, pariwisata-nya kian maju dan berkembang, seiring dengan momentum Visit Musi 2008. Semoga................(yat)

Tidak ada komentar: