Warga Palembang patut berbangga. Pasalnya kota metropolis ini telah memiliki pasar tradisional modern yang disebut-disebut sebagai pasar tradisional berkonsep modern paling wah ditanah air.
Pasar yang berlokasi di Kecamatan Plaju ini diresmikan pemakaiannya oleh Walikota Palembang Ir H Eddy Santana Putra, MT pada Kamis (16/10) sekitar pukul 15.00 WIB.
Menurut Ketua Pusat Koperasi Melati Ahmad Damiri Syarifuddin, Pasar tradisional modern Plaju merupakan salah satu pasar di Indonesia yang menerapkan konsep pengelolaan seperti mal dalam pola manajemennya. Pasar serupa sudah ada di Bumi Serpong Damai (BSD), Jakarta.
“Namun BSD hanya memiliki satu lantai. Sementara kita punya dua lantai dengan eskalator (tangga naik-turun otomatis-red). Selain itu, pasar ini juga berlantai keramik dan dilengkapi dengan sarana seperti air bersih, listrik dan kebersihan,” ulas Damiri.
Berbelanja di pasar ini terasa nyaman. Karena disamping desain atapnya yang tinggi, pihak pengelola pun menyediakan 24 unit exosfan serta 23 kipas angin untuk sirkulasi udara. Keamanannya pun terjamin. Khusus untuk kios dan rumah toko (ruko) dilengkapi dengan pintu rooling door.
Layaknya mal-mal, pasar ini juga menyiapkan 25 orang petugas keamanan serta 15 orang tenaga kebersihan (cleaning service) yang diambil dari masyarakat di sekitar pasar sebagai tanggungjawab pemberdayaan sosial.
Damiri menerangkan, pasar tradisional modern Plaju berdiri di atas lahan seluas 6,248 meter persegi. Pembangunan pasar menghabiskan dana senilai Rp 22 miliar yang dibiayai oleh Bank BNI Syariah. Bangunan dua tingkat ini dibagi menjadi 4 blok. Pihak pengelola juga mengelompokkan kios, lapak dan ruko sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Untuk kebutuhan barang-barang basah seperti sembako dan sayuran ditempatkan dilantai I. Sementara lantai II bagi barang-barang kering seperti pakaian, kelontong dan jenis barang lain.
Pihak pengelola yaitu Koperasi Melati menyediakan 404 unit kios, 352 unit lapak serta 17 rumah toko (ruko). Harga sewa untuk lapak ditetapkan sebesar Rp 275 ribu per bulan, sementara untuk kios di jual dengan harga sebesar Rp 37.500 juta-42.500 juta. Adapun ruko dijual dengan harga Rp 446 juta.
“Hampir semua kios, lapak dan ruko telah terisi,” kata Damiri dengan antusias.
“Pasar ini merupakan ujicoba pasar modern yang tak hanya membangun pasar, tapi juga memberdayakan pereekonomian rakyat,” tambahnya.
Walikota Palembang Eddy Santana Putra mengatakan, pemerintah kota tetap konsisten membangun pasar tradisonal berkonsep modern demi memberdayakan pereekonomian rakyat secara bertahap.
‘Ini adalah pembangunan pasar yang ke-empat selain pasar Pasar Retail di Jakabaring, pasar di Alang-alang Lebar serta pasar buah di 16 Ilir. Nanti juga akan di bangun atau dibenahi pasar di 26 ilir,” kata Eddy, seraya menambahkan, dalam waktu dekat pemerintah segera akan merehabilitasi pasar tempat pedagang berjualan sebelumnya guna pembangunan terminal. (yat)
Menurut Ketua Pusat Koperasi Melati Ahmad Damiri Syarifuddin, Pasar tradisional modern Plaju merupakan salah satu pasar di Indonesia yang menerapkan konsep pengelolaan seperti mal dalam pola manajemennya. Pasar serupa sudah ada di Bumi Serpong Damai (BSD), Jakarta.
“Namun BSD hanya memiliki satu lantai. Sementara kita punya dua lantai dengan eskalator (tangga naik-turun otomatis-red). Selain itu, pasar ini juga berlantai keramik dan dilengkapi dengan sarana seperti air bersih, listrik dan kebersihan,” ulas Damiri.
Berbelanja di pasar ini terasa nyaman. Karena disamping desain atapnya yang tinggi, pihak pengelola pun menyediakan 24 unit exosfan serta 23 kipas angin untuk sirkulasi udara. Keamanannya pun terjamin. Khusus untuk kios dan rumah toko (ruko) dilengkapi dengan pintu rooling door.
Layaknya mal-mal, pasar ini juga menyiapkan 25 orang petugas keamanan serta 15 orang tenaga kebersihan (cleaning service) yang diambil dari masyarakat di sekitar pasar sebagai tanggungjawab pemberdayaan sosial.
Damiri menerangkan, pasar tradisional modern Plaju berdiri di atas lahan seluas 6,248 meter persegi. Pembangunan pasar menghabiskan dana senilai Rp 22 miliar yang dibiayai oleh Bank BNI Syariah. Bangunan dua tingkat ini dibagi menjadi 4 blok. Pihak pengelola juga mengelompokkan kios, lapak dan ruko sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Untuk kebutuhan barang-barang basah seperti sembako dan sayuran ditempatkan dilantai I. Sementara lantai II bagi barang-barang kering seperti pakaian, kelontong dan jenis barang lain.
Pihak pengelola yaitu Koperasi Melati menyediakan 404 unit kios, 352 unit lapak serta 17 rumah toko (ruko). Harga sewa untuk lapak ditetapkan sebesar Rp 275 ribu per bulan, sementara untuk kios di jual dengan harga sebesar Rp 37.500 juta-42.500 juta. Adapun ruko dijual dengan harga Rp 446 juta.
“Hampir semua kios, lapak dan ruko telah terisi,” kata Damiri dengan antusias.
“Pasar ini merupakan ujicoba pasar modern yang tak hanya membangun pasar, tapi juga memberdayakan pereekonomian rakyat,” tambahnya.
Walikota Palembang Eddy Santana Putra mengatakan, pemerintah kota tetap konsisten membangun pasar tradisonal berkonsep modern demi memberdayakan pereekonomian rakyat secara bertahap.
‘Ini adalah pembangunan pasar yang ke-empat selain pasar Pasar Retail di Jakabaring, pasar di Alang-alang Lebar serta pasar buah di 16 Ilir. Nanti juga akan di bangun atau dibenahi pasar di 26 ilir,” kata Eddy, seraya menambahkan, dalam waktu dekat pemerintah segera akan merehabilitasi pasar tempat pedagang berjualan sebelumnya guna pembangunan terminal. (yat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar