thanks for visiting my site

Senin, Oktober 20, 2008

Diperlukan, Kurikulum Muatan Lokal tentang Pendidikan Lingkungan

Pemerintah didesak proaktif dan konsisten mengatasi kerusakan lingkungan yang selama ini kerap mengemuka. Pada sisi lain, pengenalan lingkungan kepada generasi penerus perlu ditanamkan sejak dini agar terbentuk kesadaran melestarikan lingkungan secara menyeluruh.

Hal ini dapat dimulai dengan dimasukkannya pemberian pendidikan berbasis lingkungan dalam kurikulum muatan lokal pendidikan bagi siswa SD dan SMP di Provinsi Sumsel.

“Melalui pendidikan lingkungan, selain dapat memahami seriusnya masalah lingkungan, para siswa juga akan memiliki pengharapan dan komitmen untuk melakukan perubahan,” kata Direktur Wahana Bumi Hijau (WHB) Sumsel, Deddy Permana, Rabu (3/9).

Sebagai negara berpenduduk padat, Indonesia tentunya tak lepas dari kompleksitas persoalan lingkungan. Seperti erosi, penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan. Belum lagi persoalan banjir, penumpukan limbah yang melebihi kemampuan pengolahan, serta ancaman-ancaman kerusakan lingkungan bagi sumber daya pertanian, tanah, air,dan udara.

“Perlu ada generasi yang mampu menekan dan mengatasi masalah lingkungan,” tegas Deddy.
Desakan pemberlakuan kurikulum muatan lokal tentang lingkungan juga dikemukakan Yulius, Koordinator Sahabat Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel. Menurut dia, pendidikan lingkungan memiliki cakupan lebih besar karena menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan atau pelajaran, seperti sains, teknologi, ekonomi, geografi.

“Pendidikan lingkungan bertujuan menciptakan SDM yang peduli dengan nilai-nilai keterampilan dan pengetahuan agar ke depan mampu mengelola lingkungan secara lebih bijaksana,” katanya.

Yulius mengakui beberapa daerah di Sumsel telah menerapkan sistem pengajaran lingkungan ini, terutama di daerah yang memiliki hutan lindung dan taman nasional.

“Seperti kawasan Hutan Sembilang Banyuasin, Kawasan Gunung Dempo Pagaralam, serta sejumlah tempat di Kabupaten Musi Banyuasin,” sebut Yulius.

Namun, kata Yulius, kurikulum pendidikan lingkungan di daerah-daerah tersebut cenderung disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat yang banyak terdapat lahan basah seperti hutan manggrove, rawa, dan hutan gambut.

“Akibatnya, bahan ajar yang diterapkan juga terkait hal tersebut,” ujar Yulius.

Perlu Pembahasan

Pada sisi lain, menurut Sekretaris Dinas Pendidikan Sumsel, Tarmizi Mairu, pendidikan lingkungan sebenarnya telah ada atau menempel di sejumlah mata pelajaran ilmu alam maupun ilmu sosial yang diajarkan selama ini.

Kendati demikian, lanjutnya, untuk mengakomodir usulan ini diperlukan pembahasan terlebih dahulu dengan dengan pihak-pihak terkait dan kompeten seperti akademisi, ahli lingkungan, dan dinas pendidikan. Pembahasannya pun harus jelas.

“Misalnya bentuk penerapan pendidikan lingkungan itu seperti apa dan apa saja cakupannya,” kata Tarmizi.

Menurutnya, masing-masing sekolah bisa saja menerapkan kurikulum muatan lokal yang berbeda sesuai dengan kebutuhan daerah bersangkutan.

“Jika pendidikan lingkungan memang dianggap penting untuk dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal dalam satu mata pelajaran khusus, silakan saja. Jika itu memang dianggap baik untuk diterapkan,” tambahnya. (yat)

Tidak ada komentar: