Banjir boleh jadi merupakan persoalan yang dihadapi hampir semua kota-kota besar di tanah air. Terutama kota yang sedang giat-giatnya membangun.
Namun, dari sekian banyak kota yang berkutat dengan banjir, ada beberapa kota yang dinilai mempunyai resep jitu memberantas genangan air tak diundang itu. Kota Palembang salah satunya.
Dilihat dari topografinya, kota metropolis ini terletak di dataran rendah yang dibelah sebuah sungai besar. Sistem drainasenya rumit bak benang kusut.
Dua tahun lalu, Palembang menjadi terkenal dan menghiasi berbagai berita di televisi dan surat kabar daerah maupun nasional gara-gara sering kebanjiran. Tak kurang dari 57 titik banjir tercatat saat itu, termasuk kawasan dan jalan-jalan utama.
Saat ini kota yang dibelah Sungai Musi tersebut memang masih tergenang. Tapi, kondisinya sudah jauh lebih baik. Titik banjir yang terdeteksi pun sudah jauh berkurang.
Data dari dinas PU Kota Palembang, pada 2004 terdapat 57 titik genangan air di ruas jalan utama dan jalan akses. Namun, pada 2007 telah berkurang menjadi 31 titik saja.
Secara umum, banjir di perkotaan terjadi karena kapasitas saluran drainase tidak mencukupi lagi untuk mengalirkan debit air hujan. Apalagi, seiring dengan banyaknya pembangunan, sehingga kawasan resapan air semakin hilang. Ini diperparah jika saluran drainasenya tersumbat karena sampah dan kotoran lainnya. Akibatnya, air meluap ke jalan, menggenangi rumah-rumah penduduk, perkantoran, bahkan masjid dan rumah sakit.
Membenahi seluruh drainase kota secara serentak jelas sangat sulit, bahkan tidak mungkin. Karena itu, Pemkot Palembang mencari solusi dengan membuat drainase primer, pompanisasi, pembangunan kolam retensi, dan pemasangan box culvert.
Semua sistem drainase di Palembang juga bermuara di sungai besar. Pemkot Palembang membuat satu drainase primer yang menampung air buangan dari seluruh kota sebelum bermuara ke sungai. Secara bersamaan, dibangun kolam retensi. Kolam itu berfungsi sebagai resapan air, menggantikan fungsi rawa yang semakin berkurang seiring dengan giatnya pembangunan kota.
Saat ini ada 19 kolam retensi di seluruh wilayah Kota Palembang. Luasnya bervariasi. Ada yang setengah hektar, ada juga yang satu hektar lebih. Bergantung ketersediaan lahan. Menariknya, kolam yang terletak di tempat-tempat strategis itu belakangan sangat dirasakan manfaatnya, yakni menyejukkan kota. Bahkan, masyarakat menjadikan areal kolam sebagai tempat rekreasi. Seperti di Kawasan kambang Iwak.
Untuk mengatasi genangan air di jalan-jalan utama, dilakukan pemasangan pompa dan box culvert. Pompa dipasang di beberapa titik rawan banjir untuk mengalirkan air yang menggenangi ruas jalan. Sementara itu, box culvert (sejenis gorong-gorong dari beton bertulang yang berbentuk kotak) dipasang di bawah ruas jalan. Box culvert ini berfungsi mengalirkan air agar tidak membanjiri salah satu sisi jalan.
Dari aspek pendanaan pun, Pemkot Palembang kian menunjukkan komitmennya. Buktinya, kian meningkatnya alokasi anggaran untuk mengatasi persoalan banjir ini.
Pada tahun anggaran 2004, pemerintah menganggarkan dana APBD sebesar Rp 3.737.212.000 yang difokuskan untuk pembangunan saluran air. Dengan dana tersebut ada 16 saluran yang dibangun. Mulai dari pembangunan saluran air di Kelurahan 7 Ulu dengan panjang 140 meter sampai dengan pembangun saluran di Jalan Tanah Merah sepanjang 4000 meter.
Selanjutnya pada 2005, pemerintah mengucurkan dana sebesar RP 20.432.863.990 guna pembuatan, pelebaran, normalisasi saluran air, pembuatan kolam retensi, perbaikan dinding parit, pembuatan saluran primer di beberapa kawasan seperti Sei Sekanak, Sei Tawar, Saluran Outlet Lapangan Gof, Siring Gading Jalan Sudirman, hingga normalisasi Kambang Iwak Besar dan Kecil.
Pada 2006 dana sebesar Rp 23.709.059.000 dikucurkan guna pembangunan pencegahan kawasan banjir di hampir seluruh kecamatan dalam wilayah Palembang, kecuali Kecamatan Kertapati.
Kemudian pada 2007 kembali dianggarkan dana sebesar Rp 19.263.116.180 untuk pembangunan sarana dan prasarana, seperti normalisasi saluran hingga pemasangan pompa banjir dan pengadaan wing serta aksesoris pengangkat eceng gondok.
Tahun 2008 ini Pemkot Palembang menganggarkan dana sebesar Rp 13.905.000.000 untuk membangun tiga unit pompa masing-masing berkapasitas 500 liter per detik di tiga anak sungai. Dana tersebut juga diperuntukkan untuk pembangunan box culvert, koker, pengerukan serta pengerjaan rutin normalisasi sungai dan saluran air.
Dengan pengerjaan ini pemerintah menargetkan pengurangan lokasi genangan air di enam titik ruas jalan utama dan jalan akses. Seperti di Jalan Sudirman (depan Hotel Selatan), Jalan Mayor Ruslan, Jalan Gersik-Yayasan IBA, Jalan Bangau, Jalan Bay Salim, dan Jalan R.Sukamto.
Dari berbagai upaya tersebut, warga kota metropolis boleh bernapas lega. Rasa waswas rumah akan kebanjiran saat hujan turun atau tidak bisa pulang karena takut kendaraan mogok akibat jalanan tergenang, mulai terkikis. Kondisi ini tentu saja dapat menjadi spirit bagi kota-kota lain di Indonesia, untuk meniru Palembang dalam mengatasi persoalan banjir. Palembang masih banjir? kayaknya nggak deh! (yat)
caption :
kambang Iwak, tempat penampungan air sekaligus lokasi bersantai yang nyaman
foto by : rio
Tidak ada komentar:
Posting Komentar