Pria kelahiran Pangkal Pinang, 51 tahun silam ini merupakan pemimpin yang memiliki kemampuan intelektualitas yang mumpuni, visioner, serta kesederhanaan hidup.
Ia merupakan orang yang tidak banyak bicara tapi banyak bekerja. Motonya sederhana dalam sikap dan kaya dalam karya sangat tepat menggambarkan dirinya yang begitu mobile dengan kinerja nyata.
5 tahun lalu, kondisi Palembang masih memprihatinkan. Angka kriminalitas tinggi, pasar-pasar kumuh dan jorok, investasi minim, rawan banjir, serta tingkat perekonomian masyarakat masih rendah. Singkatnya, Palembang belum begitu diperhitungkan secara nasional.
Begitu terpilih sebagai Walikota Palembang pada 2003, Eddy Santana Putra, akrab dipanggil ESP, segera melakukan gebrakan serta inovasi yang mencengangkan. Dengan penuh keberanian dan pertimbangan yang matang, ia merelokasi Pasar 16 ilir yang kumuh dan jorok.
Selama era kepemimpinan walikota terdahulu, Pasar 16 Ilir tetap dipertahankan. Tidak ada keberanian untuk melakukan perubahan. ESP sebaliknya. Ia siapkan pasar induk dan kemudian secara bertahap memindahkan para pedagang ke Jakabaring. Pasar 16 ilir disulapnya menjadi taman-taman kota yang indah dan tertata rapi.
"Saya tidak pernah berusaha mematikan usaha para pedagang. Tapi kita membenahi kondisi pasar yang semrawut dan kumuh, sehingga Palembang menjadi kota yang bersih, tertib dan sejajar dengan kota-kota lain di tanah air," katanya kala itu.
Hasilnya, pada 2007 dan 2008, Palembang dua tahun berturut-turut meraih Piala Adipura. Padahal, pada 2005 lalu, Palembang sempat mendapat predikat sebagai kota terkotor. Artinya, ESP hanya butuh waktu dua tahun untuk membalikkan citra negatif yang sempat di sandang Kota Palembang.
Kaya dalam Karya
Tak hanya itu. Demi meningkatkan daya tarik pariwisata di Kota Palembang, ESP membenahi Benteng Kuto Besak (BKB) menjadi alternatif tempat wisata sekaligus rekreasi yang indah, aman dan nyaman.
Kini di BKB, even-even baik skala nasional maupun internasional kerap digelar. Puncaknya adalah dengan dilaunchingnya program Visit Musi 2008 pada 5 Januari 2008 lalu guna mendukung program Visit Indonesia 2008 yang dicanangkan pemerintah pusat.
Pendidikan pun tak luput dari perhatiannya. Pria yang gemar memancing ini secara bertahap menerapkan kebijakan pendidikan dasar bagi anak-anak di Kota Palembang. Biaya sekolah di gratiskan, guru-guru diberdayakan.
Imbasnya, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan- suatu indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan- melampaui 100 persen. Mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, MI, SMP/MTs, hingga SMA/SMK dan sederajat. Untuk tingkat SD, APK yang diraih sebesar 102 persen, SMP sebesar 103 persen, serta SMA sebesar 94,5 persen.
Di bidang kesehatan, Misi Palembang Sehat 2008 kian menunjukkan trend positif. Ditandai dengan kian menurunnya angka kesakitan ibu dan anak, puskesmas swakelola terus bertumbuh dan pelayanan kesehatan pun berkualitas.
Salah satu prestasi paling membanggakan adalah di bidang pelayanan publik, pelayanan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi mampu memberikan pelayanan air bersih hingga mencapai 80 persen bagi warga Palembang.
Beberapa booster pun sudah di bangun di beberapa kecamatan guna lebih mengoptimalkan pelayanan. Diantaranya booster di Kecamatan Kertapati dan Alang-Alang Lebar. Bahkan, PDAM saat ini sedang menjajaki kemungkinan menjangkau serta memberikan pelayanan air bersih ke Kabupaten Banyuasin dan Ogan Ilir.
"Beberapa tahun yang lalu pelayanan air bersih masih 40 persen. Sekarang Alhamdulillah sudah 80 persen. Angka 80 persen itu jarang terjadi di Indonesia," kata ESP dalam beberapa kesempatan.
Karena itulah, tak heran mantan Ketua KNPI Sumsel ini menjadi satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang menjadi keynote speaker saat berbicara di depan peserta Leadership Forum, Water for People : Transforming for Suistainability and Growth di Batam beberapa waktu lalu. Keberhasilan PDAM Tirta Musi dalam pelayanan publik begitu menginspirasi para peserta utusan dari 19 PDAM se-Indonesia untuk belajar dari kota metropolis ini.
Di bidang penanganan banjir, Palembang di bawah pimpinan mantan Kepala Dinas PU Pengairan ini patut diacungi jempol. Beberapa tahun lalu, Palembang menjadi terkenal dan menghiasi berbagai berita di televisi dan surat kabar daerah maupun nasional gara-gara sering kebanjiran.
Tak kurang dari 57 titik banjir tercatat saat itu, termasuk kawasan dan jalan-jalan utama. ESP pun segera tanggap. Karena semua sistem drainase di Palembang juga bermuara di sungai besar, Pemkot Palembang membuat satu drainase primer yang menampung air buangan dari seluruh kota sebelum bermuara ke sungai.
Untuk mengatasi genangan air di jalan-jalan utama, dilakukan pemasangan pompa dan box culvert. Pompa dipasang di beberapa titik rawan banjir untuk mengalirkan air yang menggenangi ruas jalan. Sementara itu, box culvert (sejenis gorong-gorong dari beton bertulang yang berbentuk kotak) dipasang di bawah ruas jalan. Box culvert ini berfungsi mengalirkan air agar tidak membanjiri salah satu sisi jalan.
Secara bersamaan, dibangun kolam retensi. Kolam itu berfungsi sebagai resapan air, menggantikan fungsi rawa yang semakin berkurang seiring dengan dinamisnya pembangunan kota. Saat ini ada 17 kolam retensi di seluruh wilayah Kota Palembang. Menariknya, kolam yang terletak di tempat-tempat strategis itu, seperti kolam retensi di Kambang Iwak, Jalan Tasik, belakangan sangat dirasakan manfaatnya, yakni menyejukkan kota. Bahkan, masyarakat menjadikan areal kolam sebagai tempat rekreasi. Baru-baru ini Kambang Iwak menjadi pusat perhatian seiring dengan digelarnya Asian Orchid Festival yang dibuka istri Wapres Mufida Jusuf Kalla.
Melalui pembuatan drainase primer, pompanisasi, dan pemasangan box culvert, secara berangsur-angsur titik genangan air mulai berkurang. Data dari dinas PU Kota Palembang, pada 2004 terdapat 57 titik genangan air di ruas jalan utama dan jalan akses. Namun, pada 2007 telah berkurang menjadi 31 titik saja.
Kondisi Palembang yang semakin kondusif, menjadikan kota yang berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa serta terbagi dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan ini menjadi incaran investasi dari para pemilik modal. Tercatat beberapa perusahaan asing berinvestasi ke kota ini. Antara lain Carrefour, perusahaan lokal Makro, Palembang Indah Mall, perusahaan Deorub (karet), sudah menanamkan modalnya di Palembang.
Sederhana dalam Sikap
Atas prestasi pembangunannya itu, sederet penghargaan pun diterimanya. Mulai dari yang bersifat pribadi hingga kelembagaan. Namun hal ini tidak menjadikannya berbangga diri.
Mewarisi sifat militer dari ayahnya, Kol. (Purn) H. Animan Achyad (Alm), ESP terkenal tegas dan disiplin. Tak heran bila dikalangan aktivis, baik di organisasi kepemudaan, organisasi profesi maupun organisasi olahraga ia begitu menonjol.
Kendati demikian, ia tetap sederhana dalam bersikap. Tak pernah neko-neko serta menjalani hidup penuh dengan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Bahkan, selama menjabat sebagai walikota (2003-2008), ia dikenal sebagai kepala daerah termiskin, jauh dari kesan glamour yang begitu lekat pada setiap kepala daerah.
ESP memulai karier sebagai Staf Cabang Dinas PU Kabupaten Musirawas pada 1987. Tidak lama kemudian ia pindah ke Palembang dibagian Sub Dinas Pengairan Seksi Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Pada 1990 dirinya melanjutkan sekolah S2 di Bandung bidang pengembangan rawa dan pantai.
Pada 1992 ESP ditunjuk menjadi Pimpinan Proyek Reklamasi Jakabaring di kawasan Seberang Ulu. Suatu tugas yang maha berat. Karena saat itu Jakabaring masih merupakan suatu kawasan tanpa hunian dan penuh dengan semak belukar. .
"Sebelum reklamasi, kawasan SU itu baru sebagian saja yang bisa terbangun. Itulah salah satu alasan lahirnya gagasan untuk melakukan reklamasi lahan rawa dengan memanfaatkan sendimentasi Sungai Musi yang merupakan kontribusi sendimentasi Sungai Ogan dan Komering.
Sebelum dimulai tentunya kita mengadakan survei, mengelilingi calon areal reklamasi, dengan berjalan kaki menembus rawa-rawa atau berperahu. Di situlah saya berfikir, bahwa saya punya tugas besar membentuk satu kawasan yang satu saat nanti akan menjadi daerah impian," kenang suami dari Sri Maya Haryanti ini.
Kurang lebih lima tahun (1993-1998) dirinya bergelut dengan proyek Reklamasi Jakabaring. Pekerjaannya tidak sia-sia. Kini Jakabaring telah menjelma menjadi kawasan primadona bagi warga Palembang.
Infrastruktur sarana dan prasarana mulai berkembang. Bahkan beberapa instansi pemerintah pun sudah dipusatkan disini. Seperti Kantor Poltabes Palembang, Gedung KPU Sumsel, Pengadilan Agama, Kejaksaan, Imigrasi, PLN. Yang paling anyar adalah pembangunan gedung DPRD Kota Palembang. Tak ketinggalan Stadion Jakabaring, yang merupakan stadion kebanggaan tim Sriwijaya FC dan masyarakat Palembang, ada di kawasan ini.
Setelah itu dirinya kemudian menjabat sebagai Kepala Dinas Tata Kota Palembang. Tahun 2003 ia terpilih sebagai Walikota Palembang periode 2003-2008.
Terpilih jadi Walikota Lagi
Kesederhaan sikap dan kerja keras ESP dalam membangun Palembang demi kesejahteraan rakyat berbuah manis.
Saat pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara langsung pada 7 Juni 2008 lalu, bersama pasangannya Romi Herton, ESP yang mencalonkan diri kembali mendapat suara terbanyak dan unggul hampir di seluruh wilayah pemilihan. Ini artinya, Alumni Fakultas Teknik Sipil Unsri (1984) ini tetap mendapat kepercayaan dari rakyat Palembang guna menuntaskan proses pembangunan hingga 2013 mendatang.
Meskipun terpilih kembali, pria yang gemar membaca ini tidak bersikap berlebihan.
"Saya tidak menjanjikan apa-apa. Tapi saya mengajak seluruh warga Palembang bersama-sama bekerja lebih keras lagi. Agar harkat dan martabat rakyat kota ini semakin baik dan terpenting, kesejahteraan rakyat pun semakin meningkat pula" katanya.
Begitulah ESP. Baginya kesejahteraan rakyat merupakan skala prioritas yang tidak bisa tidak harus segera diwujudkan. Dan ini perlu kerja nyata secara bersama-sama.
Sederhana dalam sikap kaya dalam karya. Seperti moto dalam hidupnya. (yat)
BIODATA SINGKAT
Nama:
Ir. H. Eddy Santana Putra, MT
Tempat/tgl lahir:
Pangkal Pinang, 20 Januari 1957
Partai Politik:
PDI Perjuangan (PDIP)/Ketua DPD PDI-P Sumsel
Jabatan:
- Walikota Palembang Periode 2008-2013
- Ketua DPD PDI-P Sumsel
Nama Ayah:
Kol. (Purn) H. Animan Achyad (Alm)
Nama Ibu:
Hj. Chalidjah Animan binti H. Aziz (Alm)
Nama Istri:
Srimaya Haryanti
Tempat/tgl lahir:
Palembang, 13 Nopember 1964
Anak 3 Orang:
1. Ajie Nugraha Pratama Putra
2. Siti Aisyah (Almh)
3. Nabila Aprilia Putri
Riwayat Pendidikan:
1. SD YPP Pusri (1969)
2. SMP YPP Pusri (1972)
3. SMA Xaverius I (1975)
4. Sarjana (S1) Fakultas Teknik Sipil Unsri (1984)
5. Pasca Sarjana (S2) Teknik Pengairan P2STP Bandung
Hobby:
1. Memancing
2. Sepakbola
3. Membaca
Ia merupakan orang yang tidak banyak bicara tapi banyak bekerja. Motonya sederhana dalam sikap dan kaya dalam karya sangat tepat menggambarkan dirinya yang begitu mobile dengan kinerja nyata.
5 tahun lalu, kondisi Palembang masih memprihatinkan. Angka kriminalitas tinggi, pasar-pasar kumuh dan jorok, investasi minim, rawan banjir, serta tingkat perekonomian masyarakat masih rendah. Singkatnya, Palembang belum begitu diperhitungkan secara nasional.
Begitu terpilih sebagai Walikota Palembang pada 2003, Eddy Santana Putra, akrab dipanggil ESP, segera melakukan gebrakan serta inovasi yang mencengangkan. Dengan penuh keberanian dan pertimbangan yang matang, ia merelokasi Pasar 16 ilir yang kumuh dan jorok.
Selama era kepemimpinan walikota terdahulu, Pasar 16 Ilir tetap dipertahankan. Tidak ada keberanian untuk melakukan perubahan. ESP sebaliknya. Ia siapkan pasar induk dan kemudian secara bertahap memindahkan para pedagang ke Jakabaring. Pasar 16 ilir disulapnya menjadi taman-taman kota yang indah dan tertata rapi.
"Saya tidak pernah berusaha mematikan usaha para pedagang. Tapi kita membenahi kondisi pasar yang semrawut dan kumuh, sehingga Palembang menjadi kota yang bersih, tertib dan sejajar dengan kota-kota lain di tanah air," katanya kala itu.
Hasilnya, pada 2007 dan 2008, Palembang dua tahun berturut-turut meraih Piala Adipura. Padahal, pada 2005 lalu, Palembang sempat mendapat predikat sebagai kota terkotor. Artinya, ESP hanya butuh waktu dua tahun untuk membalikkan citra negatif yang sempat di sandang Kota Palembang.
Kaya dalam Karya
Tak hanya itu. Demi meningkatkan daya tarik pariwisata di Kota Palembang, ESP membenahi Benteng Kuto Besak (BKB) menjadi alternatif tempat wisata sekaligus rekreasi yang indah, aman dan nyaman.
Kini di BKB, even-even baik skala nasional maupun internasional kerap digelar. Puncaknya adalah dengan dilaunchingnya program Visit Musi 2008 pada 5 Januari 2008 lalu guna mendukung program Visit Indonesia 2008 yang dicanangkan pemerintah pusat.
Pendidikan pun tak luput dari perhatiannya. Pria yang gemar memancing ini secara bertahap menerapkan kebijakan pendidikan dasar bagi anak-anak di Kota Palembang. Biaya sekolah di gratiskan, guru-guru diberdayakan.
Imbasnya, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan- suatu indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan- melampaui 100 persen. Mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, MI, SMP/MTs, hingga SMA/SMK dan sederajat. Untuk tingkat SD, APK yang diraih sebesar 102 persen, SMP sebesar 103 persen, serta SMA sebesar 94,5 persen.
Di bidang kesehatan, Misi Palembang Sehat 2008 kian menunjukkan trend positif. Ditandai dengan kian menurunnya angka kesakitan ibu dan anak, puskesmas swakelola terus bertumbuh dan pelayanan kesehatan pun berkualitas.
Salah satu prestasi paling membanggakan adalah di bidang pelayanan publik, pelayanan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi mampu memberikan pelayanan air bersih hingga mencapai 80 persen bagi warga Palembang.
Beberapa booster pun sudah di bangun di beberapa kecamatan guna lebih mengoptimalkan pelayanan. Diantaranya booster di Kecamatan Kertapati dan Alang-Alang Lebar. Bahkan, PDAM saat ini sedang menjajaki kemungkinan menjangkau serta memberikan pelayanan air bersih ke Kabupaten Banyuasin dan Ogan Ilir.
"Beberapa tahun yang lalu pelayanan air bersih masih 40 persen. Sekarang Alhamdulillah sudah 80 persen. Angka 80 persen itu jarang terjadi di Indonesia," kata ESP dalam beberapa kesempatan.
Karena itulah, tak heran mantan Ketua KNPI Sumsel ini menjadi satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang menjadi keynote speaker saat berbicara di depan peserta Leadership Forum, Water for People : Transforming for Suistainability and Growth di Batam beberapa waktu lalu. Keberhasilan PDAM Tirta Musi dalam pelayanan publik begitu menginspirasi para peserta utusan dari 19 PDAM se-Indonesia untuk belajar dari kota metropolis ini.
Di bidang penanganan banjir, Palembang di bawah pimpinan mantan Kepala Dinas PU Pengairan ini patut diacungi jempol. Beberapa tahun lalu, Palembang menjadi terkenal dan menghiasi berbagai berita di televisi dan surat kabar daerah maupun nasional gara-gara sering kebanjiran.
Tak kurang dari 57 titik banjir tercatat saat itu, termasuk kawasan dan jalan-jalan utama. ESP pun segera tanggap. Karena semua sistem drainase di Palembang juga bermuara di sungai besar, Pemkot Palembang membuat satu drainase primer yang menampung air buangan dari seluruh kota sebelum bermuara ke sungai.
Untuk mengatasi genangan air di jalan-jalan utama, dilakukan pemasangan pompa dan box culvert. Pompa dipasang di beberapa titik rawan banjir untuk mengalirkan air yang menggenangi ruas jalan. Sementara itu, box culvert (sejenis gorong-gorong dari beton bertulang yang berbentuk kotak) dipasang di bawah ruas jalan. Box culvert ini berfungsi mengalirkan air agar tidak membanjiri salah satu sisi jalan.
Secara bersamaan, dibangun kolam retensi. Kolam itu berfungsi sebagai resapan air, menggantikan fungsi rawa yang semakin berkurang seiring dengan dinamisnya pembangunan kota. Saat ini ada 17 kolam retensi di seluruh wilayah Kota Palembang. Menariknya, kolam yang terletak di tempat-tempat strategis itu, seperti kolam retensi di Kambang Iwak, Jalan Tasik, belakangan sangat dirasakan manfaatnya, yakni menyejukkan kota. Bahkan, masyarakat menjadikan areal kolam sebagai tempat rekreasi. Baru-baru ini Kambang Iwak menjadi pusat perhatian seiring dengan digelarnya Asian Orchid Festival yang dibuka istri Wapres Mufida Jusuf Kalla.
Melalui pembuatan drainase primer, pompanisasi, dan pemasangan box culvert, secara berangsur-angsur titik genangan air mulai berkurang. Data dari dinas PU Kota Palembang, pada 2004 terdapat 57 titik genangan air di ruas jalan utama dan jalan akses. Namun, pada 2007 telah berkurang menjadi 31 titik saja.
Kondisi Palembang yang semakin kondusif, menjadikan kota yang berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa serta terbagi dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan ini menjadi incaran investasi dari para pemilik modal. Tercatat beberapa perusahaan asing berinvestasi ke kota ini. Antara lain Carrefour, perusahaan lokal Makro, Palembang Indah Mall, perusahaan Deorub (karet), sudah menanamkan modalnya di Palembang.
Sederhana dalam Sikap
Atas prestasi pembangunannya itu, sederet penghargaan pun diterimanya. Mulai dari yang bersifat pribadi hingga kelembagaan. Namun hal ini tidak menjadikannya berbangga diri.
Mewarisi sifat militer dari ayahnya, Kol. (Purn) H. Animan Achyad (Alm), ESP terkenal tegas dan disiplin. Tak heran bila dikalangan aktivis, baik di organisasi kepemudaan, organisasi profesi maupun organisasi olahraga ia begitu menonjol.
Kendati demikian, ia tetap sederhana dalam bersikap. Tak pernah neko-neko serta menjalani hidup penuh dengan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Bahkan, selama menjabat sebagai walikota (2003-2008), ia dikenal sebagai kepala daerah termiskin, jauh dari kesan glamour yang begitu lekat pada setiap kepala daerah.
ESP memulai karier sebagai Staf Cabang Dinas PU Kabupaten Musirawas pada 1987. Tidak lama kemudian ia pindah ke Palembang dibagian Sub Dinas Pengairan Seksi Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Pada 1990 dirinya melanjutkan sekolah S2 di Bandung bidang pengembangan rawa dan pantai.
Pada 1992 ESP ditunjuk menjadi Pimpinan Proyek Reklamasi Jakabaring di kawasan Seberang Ulu. Suatu tugas yang maha berat. Karena saat itu Jakabaring masih merupakan suatu kawasan tanpa hunian dan penuh dengan semak belukar. .
"Sebelum reklamasi, kawasan SU itu baru sebagian saja yang bisa terbangun. Itulah salah satu alasan lahirnya gagasan untuk melakukan reklamasi lahan rawa dengan memanfaatkan sendimentasi Sungai Musi yang merupakan kontribusi sendimentasi Sungai Ogan dan Komering.
Sebelum dimulai tentunya kita mengadakan survei, mengelilingi calon areal reklamasi, dengan berjalan kaki menembus rawa-rawa atau berperahu. Di situlah saya berfikir, bahwa saya punya tugas besar membentuk satu kawasan yang satu saat nanti akan menjadi daerah impian," kenang suami dari Sri Maya Haryanti ini.
Kurang lebih lima tahun (1993-1998) dirinya bergelut dengan proyek Reklamasi Jakabaring. Pekerjaannya tidak sia-sia. Kini Jakabaring telah menjelma menjadi kawasan primadona bagi warga Palembang.
Infrastruktur sarana dan prasarana mulai berkembang. Bahkan beberapa instansi pemerintah pun sudah dipusatkan disini. Seperti Kantor Poltabes Palembang, Gedung KPU Sumsel, Pengadilan Agama, Kejaksaan, Imigrasi, PLN. Yang paling anyar adalah pembangunan gedung DPRD Kota Palembang. Tak ketinggalan Stadion Jakabaring, yang merupakan stadion kebanggaan tim Sriwijaya FC dan masyarakat Palembang, ada di kawasan ini.
Setelah itu dirinya kemudian menjabat sebagai Kepala Dinas Tata Kota Palembang. Tahun 2003 ia terpilih sebagai Walikota Palembang periode 2003-2008.
Terpilih jadi Walikota Lagi
Kesederhaan sikap dan kerja keras ESP dalam membangun Palembang demi kesejahteraan rakyat berbuah manis.
Saat pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) secara langsung pada 7 Juni 2008 lalu, bersama pasangannya Romi Herton, ESP yang mencalonkan diri kembali mendapat suara terbanyak dan unggul hampir di seluruh wilayah pemilihan. Ini artinya, Alumni Fakultas Teknik Sipil Unsri (1984) ini tetap mendapat kepercayaan dari rakyat Palembang guna menuntaskan proses pembangunan hingga 2013 mendatang.
Meskipun terpilih kembali, pria yang gemar membaca ini tidak bersikap berlebihan.
"Saya tidak menjanjikan apa-apa. Tapi saya mengajak seluruh warga Palembang bersama-sama bekerja lebih keras lagi. Agar harkat dan martabat rakyat kota ini semakin baik dan terpenting, kesejahteraan rakyat pun semakin meningkat pula" katanya.
Begitulah ESP. Baginya kesejahteraan rakyat merupakan skala prioritas yang tidak bisa tidak harus segera diwujudkan. Dan ini perlu kerja nyata secara bersama-sama.
Sederhana dalam sikap kaya dalam karya. Seperti moto dalam hidupnya. (yat)
BIODATA SINGKAT
Nama:
Ir. H. Eddy Santana Putra, MT
Tempat/tgl lahir:
Pangkal Pinang, 20 Januari 1957
Partai Politik:
PDI Perjuangan (PDIP)/Ketua DPD PDI-P Sumsel
Jabatan:
- Walikota Palembang Periode 2008-2013
- Ketua DPD PDI-P Sumsel
Nama Ayah:
Kol. (Purn) H. Animan Achyad (Alm)
Nama Ibu:
Hj. Chalidjah Animan binti H. Aziz (Alm)
Nama Istri:
Srimaya Haryanti
Tempat/tgl lahir:
Palembang, 13 Nopember 1964
Anak 3 Orang:
1. Ajie Nugraha Pratama Putra
2. Siti Aisyah (Almh)
3. Nabila Aprilia Putri
Riwayat Pendidikan:
1. SD YPP Pusri (1969)
2. SMP YPP Pusri (1972)
3. SMA Xaverius I (1975)
4. Sarjana (S1) Fakultas Teknik Sipil Unsri (1984)
5. Pasca Sarjana (S2) Teknik Pengairan P2STP Bandung
Hobby:
1. Memancing
2. Sepakbola
3. Membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar