
Menyandang predikat sebagai kota tertua di Indonesia (berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit 605 saka), tidak serta merta menjadikan Palembang juga “tua” dalam kinerja pembangunan. Justru, prestasi pembangunan dari kota yang dijuluki “Venesia dari Timur” karena kekhasan wisata airnya ini kian membanggakan.
Dalam bidang kebersihan misalnya. Secara berturut-turut (2007-2008), Palembang meraih Piala Adipura. Adipura merupakan penghargaan tertinggi pada level nasional untuk kota yang dinilai berkomitmen terhadap lingkungan dan kebersihan. Untuk 2008 Palembang bahkan mendapat dua Adipura sekaligus. Yakni Adipura untuk predikat sebagai Kota Metropolitan Terbesih dan predikat sebagai kota dengan Rasio Hutan Kota Terbaik.
Sukses meraih penghargaan dua tahun berturut-turut membuat pemerintah pusat memberikan perhatian lebih kepada Palembang. Bersama dengan DKI Jakarta, Palembang diutus sebagai wakil Indonesia dalam ajang Piala Adipura se- ASEAN.
Selain Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar dan Laos juga turut ambil bagian dalam kegiatan lingkungan yang baru pertama kali digelar ini. Sementara tim penilai terdiri dari negara Singapura, Italia, Australia dan Swedia.
Hasilnya? Palembang berhasil meraih penghargaan sebagai Kota Terbersih berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan atau Environmental Suistainable City Award 2008. Penghargaan ini diberikan oleh The ASEAN Environment Minister dan diterima langsung Walikota Palembang Ir H Eddy Santana Putra MT di Hanoi, Vietnam, Senin (8/9).
Menurut Chairperson kelompok kerja kota-kota berwawasan lingkungan dan berkelanjutan tingkat ASEAN(ASEAN Working Group Sustainable Enviromentally City/AWGSEC), yang juga staf ahli Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI, Liana Bratasida, keberhasilan memperoleh penghargaan karena Palembang tak hanya mampu mempertahankan penghargaan Adipura, tetapi juga berhasil menjadi kota tercepat menuntaskan permasalahan kebersihan kota.
Pembangunan Berwawasan lingkungan
Wacana pembangunan kota berwawasan lingkungan telah lama digulirkan. Pembangunan berwawasan lingkungan mensyaratkan adanya sejumlah kawasan yang tetap di pertahankan berada dalam status alaminya. Ini berguna untuk menjaga kualitas air, perlindungan sumberdaya plasma nutfah, perlindungan kawasan berpemandangan indah, serta kesempatan untuk menikmati lingkungan alami sehingga menjamin kelestarian sumber daya alam.
Adanya pembangunan tanpa disadari telah berdampak pada munculnya masalah-masalah perkotaan, seperti terbatasnya air bersih, polisi udara, asap, masalah drainase dan banjir, pengelolaan sampah yang semrawut dan berbagai persoalan lingkungan.
Apalagi di Indonesia. Pertumbuhan dan pembangunan kota-kotanya secara umum berjalan secara alami tanpa dilandasi perencanaan kota yang terpadu. Kecuali pada kota-kota baru yang memang direncanakan sejak awal. Kota-kota kita tidak begitu di persiapkan dan direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk yang besar dimasa yang akan datang. Karena itu, kota-kota besar di Indonesia selalu menampilkan wajah ganda.
Di satu sisi terlihat perkembangan pembangunan yang sangat mengesankan dalam wujud arsitektur modern dan gedung-gedung pencakar langit disepanjang jalan utama kota. Di sisi lain, juga menjamur lingkungan kumuh dengan kondisi lingkungan yang memprihatinkan, mengabaikan estetika, kesehatan serta budaya.
Sungai yang semula mengalir jernih dan berfungsi sebagai sumber kehidupan penduduk, tidak lagi bisa melanjutkan fungsinya karena pencemaran yang melampaui batas. Taman dan ruang terbuka yang semula cukup banyak tersedia, beralih menjadi bangunan yang semakin memperpadat lingkungan.
Lingkungan hijau yang semula berperan sebagai penjaga ekologis, berubah fungsi jadi kawasan pemukiman, perdagangan, perhotelan dan kegiatan komersial lainnya. Akibatnya mudah ditebak. Kota kian padat, sumpek dan semrawut. Hal ini berdampak pada luntur bahkan hilangnya jati diri serta kekhasan suatu kota.
Dengan kondisi tersebut, tidak mudah bagi sebuah daerah di tanah air untuk mengimplementasikan pembangunan dengan tetap mengacu pada keselarasan lingkungan. Dibutuhkan perencanaan yang matang, komitmen, serta kerja keras dan kesadaran semua pihak.
Untungnya, Pemerintah dan warga Kota Palembang memiliki semua persyaratan ini. Padahal, 2 tahun lalu kota ini sempat mendapat predikat sebagai kota terjorok di tanah air. Plaza Benteng Kuto Besak sebagai contoh. Kawasan ini dulunya merupakan pasar tradisional dan permukiman padat. Tak hanya jadi tempat gubuk-gubuk dan rumah kumuh berdiri, tapi juga jadi tempat kubangan sejumlah hewan, baik unggas, sapi maupun kambing.
Hingga akhirnya pada 2003 pemerintah kota dipimpin Eddy Santana Putra yang saat itu baru menjabat sebagai Walikota, menertibkan para pedagang dan penghuni gubuk liar di kawasan tersebut. Bersamaan dengan itu, pemerintah membangun pasar induk di Jakabaring dan menyulap lokasi BKB menjadi taman kota yang indah.
Kini, menikmati matahari terbenam sambil bersantai di pinggir Sungai Musi, dekat Jembatan Ampera, menjadi salah satu aktivitas menarik yang dilakukan warga dan wisatawan yang datang ke Kota Palembang. Pada hari-hari libur, tempat ini kerap dijadikan arena bermain bagi kaula muda. Even-even berskala nasional maupun internasional pun banyak digelar.
Air Bersih, Sampah, hingga Sejuta Pohon
Komitmen terhadap pembangunan berwawasan lingkungan diimplementasikan Pemerintah Kota Palembang dalam beberapa kebijakan. Antara lain melalui program pengolahan sampah dengan pola pengomposan, program penghijauan, penyediaan air bersih, serta kampung ramah lingkungan.
Sistem pengomposan terdiri dari pengomposan untuk skala industri, skala pasar dan skala rumah tangga. Untuk industri, semua sampah yang dihasilkan melalui proses industri tidak dibuang begitu saja tapi dimanfaatkan. Seperti bau yang diproses menghasikan gas metan.
“Sementara limbah organiknya dapat dijadikan pupuk kompos sehingga nantinya volume sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir hanya sedikit dan merupakan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi,” terang Kepala Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Palembang, Kemas Abu Bakar.
Agar pengelolaan sampah ini lebih optimal, pemerintah juga menyediakan tempat pembuangan sampah tak hanya di jalan-jalan utama, tapi juga hingga ke lorong-lorong dan gang. Setiap hari petugas kebersihan membersihkan dan mengangkut sampah untuk kemudian diproses ketempat pembuangan akhir (TPA).
Selain pengomposan, pemerintah juga menyiapkan pohon pelindung yang terdiri dari dua jenis, yakni pohon hias dan pohon peneduh. Pohon peneduh diantaranya pohon Akasia, Beringin dan pohon Angsana. Sementara Cemara, Palm dan bunga-bunga termasuk pohon hias. Bila Anda berjalan di sepanjang jalan protokol di kota metropolis ini, kedua jenis pohon tersebut sangat mudah dijumpai.
Pemerintah pun telah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon. Program untuk menyelamatkan paru-paru dunia akibat ketidakseimbangan lingkungan sebagai dampak dinamisnya pembangunan serta pengaruh pemanasan global ini terus digencarkan. Yang teranyar adalah penanaman pohon di sepanjang jalan Alang-alang Lebar dan Tanjung Api-Api yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota Palembang dengan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia.
Di bidang pelayanan publik, penyediaan air bersih kian menunjukkan trend positif. Target 80 persen warga kota dialiri air bersih sudah terwujud dan bahkan target tersebut diperluas lagi hingga 90 persen.
“80 persen pelayanan air bersih itu merupakan pencapaian yang luar biasa. Tidak semua pemerintah kabupaten maupun kota bisa melakukannya,” ujar Walikota Palembang, Eddy Santana Putra.
Kampung Ramah Lingkungan
Kampung Ramah Lingkungan merupakan program lingkungan yang komprehensif. Program ini
merupakan pengembangan dari program RT dan RW ramah lingkungan. Hanya saja dalam lingkupnya ditambahkan unsur sanitasi lingkungan (sistem dan pembuangan limbah rumah tangga).
Setiap tahun, pemerintah menambahkan 2 kelurahan untuk menjadi kampung ramah lingkungan. Prosedur pengajuan kampung ini adalah melalui lurah. Lurah kemudian mengajukan ke camat kemudian diteruskan kepada Bapedalda untuk dilakukan penilaian. Kriteria penilaian terdiri dari pemilihan sampah, pengomposan serta penghijauan. Jika dinilai layak, maka Bapedalda akan mengusulkan kepada pemerintah untuk dijadikan titik pantau Adipura.
Banyak lagi upaya yang dijalankan pemerintah. Diantaranya menggalakkan program kali bersih, gotong royong kebersihan setiap minggu di setiap kecamatan serta upaya penyadaran lingkungan lainnya. Tak lupa, kepada 1.200 petugas kebersihan kota atau pasukan kuning yang bekerja tanpa kenal lelah, pemerintah juga memberi apresiasi berupa kenaikan gaji, serta kado umroh bagi beberapa petugas.
“Ini sebagai penghargaan atas pengabdian mereka serta diharapkan dapat memacu mereka lebih semangat dalam menjaga kebersihan Kota Palembang,” kata Zulkifli Simin, Kepala Dinas Kebersihan Kota Palembang.
Kebanggaan
Keberhasilan memperoleh Adipura tingkat ASEAN berdampak positif bagi citra Palembang, tak hanya pada skala nasional tapi juga internasional. Kota pempek ini bahkan mulai disejajarkan dengan kota-kota di negara lain, seperti Temburong District di Brunei Darussalam, Municipality of Phnom Penh di Cambodia, North Kucing City Hall (Malaysia), Bangkok City (Thailand) dan kota-kota internasional lain sebagai kota terbersih berwawasan lingkungan.
“Ini akan menjadikan kita lebih giat lagi memacu supaya kota kita Palembang lebih bersih. Tidak hanya daratan, tetapi juga sungai dan udaranya. Demi mewujudkan Palembang BARI,” ujar Eddy.
“Katakanlah penghargaan clean land ini sebagai kegembiraan. Tidak hanya bagi pemerintah kota tapi juga seluruh masyarakat Palembang,” tambah Asisten Tata Praja, Abdullah Farhan
Ya, kesadaran menjaga kebersihan lingkungan dan berprilaku hidup bersih bukan tugas pemerintah semata, melainkan tugas kita semua. Dan syukurlah kerjasama ini telah dan diharapkan terus berjalan. Apa yang didapat? Tentu saja kebanggaan sebagai warga. Seperti yang diungkapkan Ahmad seorang pelajar SMA, saat arak-arakan Adipura ASEAN .
“Setelah Clean Land, apa lagi penghargaan yang bakal didapat Kota Palembang.“
Pernyataan Ahmad tidaklah berlebihan. Dengan komitmen yang kuat serta kerja keras, nama Palembang sebagai kota yang bervisi internasional sejahtera dan berbudaya akan terus mengakar. Tak hanya pada skala nasional, tapi juga pada level internasional. Dan, penghargaan Clean Land yang diterima baru merupakan langkah awal. (yat)
Kota-kota yang Meraih Penghargaan Asean Environmentally Sustainable City Award 2008
Temburong District (Negara Brunei Darussalam)
Municipality of Phnom Penh (Cambodia)
Palembang City (Indonesia)
Luang Prabang District (Lao PDR)
North Kucing City Hall (Malaysia)
Taugyi City (Myanmar)
Puerto Princesa City (Philippines)
The South West Community Development Council (Singapore)
Bangkok City (Thailand)
Ha Long City (Vietnam)
caption :
Walikota Palembang, Ir H Eddy Santana Putra mengangkat Piala Adipura Asean yang diraih Palembang.
foto by : wiwin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar