Negeri indah bernama Indonesia pada Minggu, 17 Agustus 2008 lalu genap berusia 63 tahun. Di usia yang boleh dikatakan menginjak usia kearifan, tak henti-hentinya bangsa ini didera berbagai rintangan dan persoalan.Mulai dari persoalan politik, ekonomi, sosial, lingkungan hingga persoalan kegamangan mencari identitas kedirian bangsa.
Cita-cita kemerdekaan yang digemakan oleh para founding father yang telah berjuang dengan keringat, harta, darah bahkan jiwa demi mewujudkan Indonesia yang bermartabat terkesan hambar bila kita napak tilas perjalanan bangsa hingga detik ini. Tak heran bila pemaknaan dan definisi tentang merdeka ataupun kemerdekaan di berbagai kalangan masyarakat tak pernah satu kata. Sebagian kalangan bahkan merasa belum mengecap kemerdekaan dalam arti sebenarnya. Ada bentuk penjajahan lain yang saat ini menerpa kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di awal kemerdekaan, rakyat Indonesia benar-benar merasakan kemerdekaan lepas dari cengkeraman dan ekspolitasi bangsa lain. Sekarang, ancaman penjajahan justru muncul dari kalangan sendiri. Menghirup udara bebas dan merdeka tak lagi nyaman bagi kelompok minoritas dan berbeda pandangan dengan masyarakat kebanyakan. Konflik vertikal dan bahkan horizontal yang mengarah kepada disintegrasi bangsa kian mengalami titik nadir.
Kemandirian dan martabat Indonesia saat ini sedang diuji. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan menyebabkan perekonomian bangsa jatuh-bangun. Ekonomi kerakyatan dengan koperasi sebagai fundamennya yang pada awalnya merupakan modal khas bangsa tergerus oleh oleh modal asing. Eksploitasi ekonomi pun tak terhindarkan. Disisi lain, semangat kekeluargaan dan kegotong-royongan semakin memudar, digantikan dengan keserakahan dan sikap individualistik.
Gedung-gedung pencakar langit bermunculan dan berdiri angkuh di tengah pemukiman kumuh. Suatu kondisi yang sangat ironi.
Ketika badai krisis menerpa pada 1997, keberhasilan yang sudah tercapai pun sirna. Dampaknya terus terasa sampai saat ini, utang menumpuk. Hampir 50 persen anggaran pendapatan dan belanja negara hanya untuk melunasi utang. Keadaan makin memprihatinkan karena praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme terus membudaya dan meluas sampai ke daerah-daerah
Kendati demikian, terhadap kondisi bangsa saat ini kita tidak boleh berpikiran skeptis. Spirit optimis harus tetap dikedepankan dalam melangkah dan berbuat. Tidak ada yang tidak mungkin bila kita sebagai bagian dari anak bangsa tetap bahu-membahu dan bekerja keras dengan spirit negara kesatuan republik Indonesia sebagai bingkainya.
Apalagi stabilitas politik saat ini yang menjadi barometer daya tahan bangsa kian menggembirakan. Kehidupan demokrasi semakin baik. Ini dibuktikan dengan pemilihan kepala daerah di beberapa provinsi, kabupaten maupun kota di tanah air relatif berjalan lancar. Artinya, kita cenderung sudah dewasa dalam berpolitik.
Karena itu, ada baiknya momentum kemerdekaan ini kita jadikan re-orientasi dan re-evaluasi konsep awal cita-cita kemerdekaan, yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur, tanpa pemaksaan, tanpa rekayasa. Sekali lagi jika kita mau, tak ada yang mustahil. Dirgahayu Republik Indonesia!
1 komentar:
The world of casino games and the future of the casino
The best gaming 포천 출장안마 options are to play at a 세종특별자치 출장샵 real money casino 서산 출장안마 and online slot machine. The 청주 출장마사지 best slots, the most popular 천안 출장안마 video poker and
Posting Komentar